Selasa, 21 April 2015

Kunci Kesabaran



Assalamualaikum Wr. Wb.
Hadirin, Alhamdulillah. Apakah Allah Memperhatikan kita saat ini? Pasti? Apakah Allah Maha Tahu persoalan yang sedang kita hadapi? Pasti. Apakah Allah tahu persis semua jalan keluar yang sedang kita hadapi? Tahu. Setiap persoalan pasti ada jalan.

Kali ini kita akan coba bahas sekali lagi tentang kunci kesabaran.  Kunci kesabaran itu ada dua kata kuncinya walaupun dirangkai dalam satu ayat. Surat Al Baqarah ayat 155-156. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Siapakah orang-orang yang sabar? Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang besar, curahan rahmat Allah dan hidupnya dibimbing oleh Allah. Dua, Innalillahi Wainailaihi Rojiun. Sesungguhnya, kami adalah milik Allah dan kembali kepada Allah.
 
Jadi, kemampuan orang untuk tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki kecuali hanya milik Allah, itu pintu pertama sabar. Dan yang kedua, kemampuan kita lepas dari bersandar kepada siapapun selain bersandar hanya kepada Allah, itu kunci sabar. Sepanjang masih merasa ini milik saya. Sepanjang masih merasa ada selain Allah yang bisa menolong saya, sulit untuk mendapatkan karunia sabar. Dalam penghujung surat Al Baqarah. Lillahi maa fissamaawaati wa ma filard, milik Allah segala yang ada di langit segala yang ada di bumi. Semua yang ada pasti adalah ciptaan Allah. Kalau Allah yang mencipta, maka itu pasti milik Allah. Kalau itu milik Allah, siapa yang mengurus? Allah.
 
Diri kita ciptaan Allah, diri kita milik Allah, diri kita diurus oleh Allah setiap saat. Kita tidak bisa mengurus diri kita karena kita tidak tahu apa yang harus diurus. Sedikiiiit. Paling mandi, keramas, gunting kuku. Untuk ngorek kotorang kuping saja sudah susah. Belum lagi yang di dalem. Jantung, paru-paru, empedu, 100 triliun sel tubuh ini. Manusia ini dijumlahkan cuma 6 miliar lebih. Tubuh ini 100 triliun sel. Banyak triliun itu. Dan tiap sel hidup, berkomunikasi, punya generator sendiri, punya sistem keamanan, punya sistem informasi. Tiap sel! Kurang lebih ada 200 jenis sel katanya di dalam tubuh ini dan tidak tertukar. Sel mau jadi mata, tidak jadi di telunjuk. Sel kuku tidak jadi di mata. Semuanya! Bergerak, berkomunikasi, hidup, mati, pada mati, keluar, ganti lagi sel baru. Siapa yang ngurus? Allah
 
Ada Saatnya Rejeki Harus Berpindah
“Dan Kami mendengar apa yang dibisiki hatinya”. Pasti. Karena hati kita juga ciptaan Allah. Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. Apa yang jauh? Semuanya juga diciptakan Allah, digenggam Allah, dikuasai Allah. Jadi diri kita ini milik siapa? Sesuka Allah kalo gitu, ya? Mau dibikin mancung? Pesek? Gapapa. Yang penting berlubang. Mau pesek, mau mancung, mau putih, item, kuning, coklat, suka-suka yang punya. Suka-suka Allah. Mau dibikin kaya, sedeng, miskin, suka-suka Allah. Nggak mungkin semuanya kaya menurut kita walaupun mungkin menurut Allah karena kalau semua kaya, nggak jalan kehidupan ini.

Tidak akan oleh Allah semuanya diciptakan jadi Presiden. Pusing negara kita Presiden semuanya. Giliran, cuma satu dari sekian ratus juta. Allah yang Menakdirkan. Tidak akan semuanya jadi sarjana. Kalau semua jadi sarjana pusing juga, nggak akan cukup, iya? Makanya yang mulia itu Inna Akromakum `Indallahi Atkokum. Terserah Allah mau dibikin sehat atau sakit. Sudah berusaha habis-habisan menjaga kesehatan, eh, sedang naik pohon jambu jatuh, patah tulang. Kenapa? Yaaa… banyak rahasia Allah. Karena di rumah sakit juga ada hamba Allah yang harus dapet rejeki, kan? Dibawa ke dokter, ada rejeki buat Dokter. Beli resep, ada rejeki buat Apoteker. Diopname, ada rejeki untuk perawat. Karena semua yang ada di rumah sakit juga semua ciptaan Allah. Allah Ngasih makan kepada mereka. Allah Ngasih bekal buat sekolah anaknya, Allah ngasih bekal buat beli pakaian. Yaaa, syariatnya kita sakit sekali-kali. Ya? Benar?

Makanya kalau bayar rumah sakit juga yang ridho, sebab nggak ridho juga tetap harus bayar. Karena rejeki itu ada waktunya pindah. “Wah, gara-gara kamu sakit, Bu, motor jadi dijual.” Bukaaan. Motor itu sudah waktunya pindah pemegangnya. Sekarang giliran tukang ojek yang beli, pindah ke sana. “Tapi saya rugi dulu beli 12 juta, sekarang dijual 10 juta.” Enggak, sekarang jatahnya 10 juta. Tapi udah dibayarin, ternyata dibayarin rumah sakit semuanya, Rp. 9.900.000, sisanya Rp.100.000, ya enggak papa. Uang itu sudah giliran rumah sakit. “Nanti saya mana?” Nanti ada lagi. Ada waktunya lagi.
Dulu aja lahir nggak pake motor, kan?! Lancar. Apa pada keluar dari rahim ibu pakai Honda bebek? Tidak… semuanya hanyalah milik Allah. Kita punya apa, sih? Rambut? Rambut bukan milik kita, jangan suruh manjangin. Stop! Lagi nggak punya duit, nih. Lagi nggak ada biaya buat dicukur. Stop! Tidak bisa… Tetep aja Allah yang memanjangkan rambut. Kenapa? Karena ada makhluk Allah tukang cukur di antaranya. Tukang cukur kan harus makan. Nyekolahin anak, bayar kontrakan. Iya, kan? Ridholah rambut dipanjangin. Mau rambut nggak pengen ubanan? Tidak bisa… sing ridho. Walaupun sudah minum sari areng. Tetap saja sudah waktunya diberi yang putih. Ridho. Enak ridho itu. Ya? Suka-suka Allah. Rizki milik Allah. Bukan hanya punya kita, tapi orang lain juga milik Allah.

“Si itu tuh Cina.” Emang orang Cina bikin dirinya sendiri? Enggak… mau Cina, mau Hitam, mau Negro, mau Afrika, mau Bule. Sama! Semuanya ciptaan…Allah. “Wah, orang bule ngaco.”  Loh, kan dia tidak pesen bule. Maka saya sejujurnya ya, waktu ada sweeping kepada orang Bule, apa salah dia jadi bule? Dia tidak pesen dirinya jadi bule, sebagaimana kita tidak pesen jadi sawo tua gini, ya?
“Ah, si itu mah anak orang Cina.” Kenapa Cina? Dia tidak pesen. Coba, kalau kita ditakdirkan jadi Marmut, kan repot nih, lagi terancam dibikin sate Marmut. Atau sodara misalnya ditakdirkan jadi Kambing. Ini rada nggak enak kalau mau Idul Adha. “Kenapa bos saya ngasih makan banyak, ya?” itu ciri-ciri Idul Adha, tuh. Tapi kan nggak pesen. Makanya, nggak usah ngomong apapun, tentang suku, nggak pesen. Juga jangan menghina bentuk badan apapun. Itu ciptaan Allah. Itu milik Allah. “Uh, si gendut.” Sttt.. itu Allah yang ngegedein. “Ini suami istri jadi angka 10.” Dosa, tuh.

Terima Perbedaan, Orang Cacat bukan Orang Gagal
Apalagi kalau nanti berangkat ke tanah suci, itu kan macem-macem tuh di Tanah Suci. Kalo di sini mah rasa semacem, ya. Wajah-wajah banyak persoalan. Di Tanah Suci kan dari Afrika, dari Eropa, dari Asia. Kumplit. Allah saja. Saya liat kalo dari Tiongkok, tuh. Kan pada sipit kalau jalan. Sepertinya tuh lugu, padahal pinter-pinter. Aneh buat kita. “Kok aneh ya orang Cina bisa baca Al Qur’an?” Kan kebayang oleh kita Jet Li, yah? Atau Jackie Chan. Justru dia yang aneh, “Loh, kok ini orang Indonesia pada ngaji?” Allah yang Ciptakan. Datang orang Afrika. Ya Allah, nikmat! Melihat ciptaan Allah. Gede-gede sekali. Waktu itu pernah sholat, di samping 2 meter 10 centi. Saya Cuma segini, ya Allah, ciptaanMu. Mungkin dia juga mikir, “Ya Allah, kok ada ciptaanmu yang ganjil gini?”
Lihat kemarin di video, tentang orang yang nggak punya tangan, tidak punya kaki, hanya di bawah pinggul hanya sedikit jari, hanya itu. Lalu beliau, saya lihat dari video yang dikirimkan dari BlackBerry, beliau sedang berdiri di meja, menjelaskan kepada pelajar. Lalu beliau merebahkan dirinya , berguling. Beliau berkata, “Kalau saya menyerah, saya akan seperti ini selamanya. Sekali gagal, dua kali gagal, sepuluh kali gagal, 100 kali gagal. Saya tidak boleh berhenti untuk mencoba saya bisa berdiri.” Akhirnya dia menemukan ada buku, lalu kepalanya ditekan ke buku, lalu akhirnya dia bisa bangkit dan berdiri. Allah menciptakan tidak ada kaki, tidak ada tangan, pasti bukan sia-sia. Di antaranya mengajari kita yang punya kaki dan tangan untuk tidak pernah menyerah.

Saudara jangan menganggap orang cacat itu orang yang gagal. Tidaaak. Mereka adalah makhluk-makhluk spesial yang diciptakan Allah. Tidak ada kegagalan, tidak ada kecacatan. “Tapi kasihan dong begitu.” Tapi pahalanya juga luar biasa. Sekali dihina orang, dia sabar, berguguran dosa-dosanya. Orang tua yang anaknya dititipi seperti itu juga orang tua pilihan. Kalau beliau ridho dan sabar, derajatnya naik dengan anak yang diberikan ujian kekhususan. Nggak ada yang  gagal, semuanya ciptaan? Allah. Semuanya milik? Allah. Cukup.

Bagaimana dong kalau sedang lihat tentara Israel, tentara yang membantai umat Islam? Mereka ciptaan siapa? Allah juga. Mereka juga nggak ngerti tubuhnya terbuat dari apa. Apakah kalau para tentara yang zhalim itu mengadakan rapat, Allah tahu, tidak? Tahu dari mana? Pertama, tidak ada yang tersembunyi dari Allah. Tak ada satu centimeterpun yang luput dari pengawasan Allah dan tidak satusatu makhluk pun yang lepas dari kekuasaan Allah. Mereka cuma jadi jalan, ladang amal bagi orang-orang yang beriman.

“Wah, kasihan itu di Palestina, di jalur Gaza, mereka diboikot, diblokade, dibenteng, orang yang beriman tidak takut. Pasti Allah mencukupkan, buktinya sampai saat ini masih ada aja yang hidup, iya? Bahkan tiap tahun ribuan penghapal Quran, mungkin karena makanannya sedikit, shaumnya jadi shaum Daud juga, iya? “Kita kan banyak makan nggak shaum” Susah sana, susah sini!, TV nggak ada yang bagus !, mana jadi ngapalin Quran, malemnya Qiamulail!. “ Boleh jadi di Jalur Gaza itu lebih bahagia hatinya dibanding kita yang banyak maksiatnya ini. Jadi sebenarnya kita yang lebih harus dikasihani. Nonton TV jadi dosa, di jalan jadi dosa. Ini wajah-wajahnya sejujurnya ya, ini wajah-wajah harus tobat, nih. (jamaah tertawa)

Semua Ciptaan Allah, Jangan Silau oleh Duniawi
Itu makhluk, harta, milik Allah. Adakah orang kaya di dunia ini yang sebenarnya? Hakekatnya tidak ada orang kaya. Makanya kalau saudara ketemu dengan orang kaya, mobil bagus, rumah bagus, biasa aja. Ooh, ini titipan Allah. Mudah-mudahan jadi Ahli Syukur. Naaah! Jangan sering dateng ke orang kaya, “Ini kok nggak dipake, nih?” pengen, tuh. “Itu handphone banyak betul.” Pengen. Jangan.. Jangan.. berharap dikasih. Nggak apa-apa handphone jelek, yang penting bunyi. Ya? Dan ada pulsanya. Itu yang penting.

Sekarang handphone bagus, tapi kita kadang minta-minta, ngarep dikasih. “Harga diri turun.! Handphone bagus, harga dirinya yang nggak bagus. Buat apa? Dulu aja tidak jaman handphone, tetep pada hidup manusia. Ya? Betul kan? Jadi kalo ada saudara kaya, temen kaya, jangan jadi tambatan hati. Jangan pengen ke sana terus. Tiap ada lapar, silaturahmi. Bukan mau silaturahmi, perbaikan gizi. “Jangan!. Allah lah satu-satunya yang akan mencukupi kita. Walaupun uang kita sedikit, tidak apa-apa. Kalau kita yakin kepada Allah pada waktu perlu, akan ada. Dari mana saja, dari mana saja. Allah ngasih rejeki, tidak harus tahu datangnya dari mana. Benar, kan? Nah, itu harta.

Sekarang, Lillahi maa fissamaawaati wa maa filard. Binatang. Binatang juga milik Allah. Makanya kalau lihat burung, “Ya Allah, milikMu.” Menukik. Manusia mah susah. Ada terjun payung segitu gayanya cuma turun aja. Itu juga susah, kecuali yang kurus. Nggak bisa seperti burung. Maha suci Allah. Lihat kuda, bagus ototnya. Ya Allah… ini tiap selnya Engkau yang Mengurus. Lihat Sapi, kan bagus sekali sapi itu, makan rumput keluar susu sapi. Kenapa pabrik susu kita tidak bisa begitu? Harusnya kan pabrik susu mengumpulkan rumput. Jadi susu. Kan begitu? Nggak bisa tuh. Itu susu sapi, makanannya hijau, darahnya merah, kotorannya juga macem-macem, eh, susunya putih. Pas dipotong si sapi, yang keluar darah merah. Allah yang mengatur. Padahal kalau kita yang punya pabrik bagus ya? Rumput yang dimakan sapi dimasukkan ke pabrik, keluarnya susu sapi? Nggak bisa tuh… Allah yang mendesain.

Makanya kalau dengar suara “Kok ko, ko, koook…” Suara apa itu? (jamaah: “Ayam”) Itu suara saya… He he he. Ayam ini bertasbih, membangunkan hambaNya. Lihat kucing “meoong”, anaknya digendong dengan menggigitnya. Dia sayaaang sama anaknya. Siapa yang ngajarin? Nggak pelit tuh kucing, dijaga. Subhanallah… Inget Allah. Dateng merak, eh ngebalikin kita, kombinasi warnanya sempurna. Ya Allah… milikMu, milikMu. Sempurna! Datang badak, lihat, siapa yang berani panco sama badak? Segini gedenya. Eeeh… makanannya rumput, kecil-kecil. Gimana, kita kok makan rumput nggak gede, ya? Malah disentri. Kambing jarang yang asam urat. Ya? Takjub! Kalau orang suka yakin semua ciptaan Allah, semua milik Allah, hidup ini jauuuh lebih enak. Nggak ada kita menjilat sama manusia. Nggak ada kita merunduk-runduk karena kita tahu mereka juga bikinan Allah, ciptaan Allah.

Ini kan deket Istana Negara ya? Biasanya kalau kita kurang hati-hati, “Saudara, diundang ke Istana Negara”. Grrr… Padahal, biasa aja. Ya? Seneng lihat… Oh gini Istana Negra awet ya? Yang bikinnya udah pada mati. Presiden rebutan ke sini pada meninggal. Oooh… ini rebutan barang diem. Ini sebulan sebelum undangan ganti baju. Biasa aja lah. Iya? Jangan takjub oleh duniawi. Harta, Tahta, Gelar, Jabatan. Biasa. “ Punya,” ya nggak apa-apa. “Nggak punya”, jangan minder.
Lalu liat orang lain, nggak perlu iri! Karena tiap orang udah ada jatahnya masing-masing. Ini udah ada jatahnya (menunjuk jamaah). Iya kan? Walaupun ibu anak sama, anak lima, beda-beda. Rejeki beda, wajah beda. Kalo adiknya punya jodoh, Kakak nggak usah minder. “Waah, ini kamu ngelangkahin, nih! Bikin saya tidak punya jodoh.” Ini kurang iman! Nggak boleh. Adik udah siap nikah, nikah! Lebih cepat lebih baik. Lanjutkan, ke kakaknya. Nggak papa. Nggak boleh ibu-ibu kalau si bungsu udah ada jodohnya, ditahan. “Jangan dulu nikah.” Nggak boleh! Itu menghina Allah. Allah yang menentukan jodohnya. Ayo duluan. Dan kakak nggak boleh meres adiknya. “Boleh kamu nikah dulu, tapi mana? Biasa uang pelangkah?”. Harusnya, “Dik, nikah!” “Kakak gimana dong! Kak belom ada jodohnya?” “Allah Maha Tahu segalanya ada waktunya. Tenang aja” “Gimana kalo Kakak keburu meninggal?” “Nggak apa-apa nanti di sorga Insya Allah ketemu” “Tapi kalo kakak nggak di sorga gimana?” “Kamu jangan kurang ajar…” (bergurau, tertawa).

Kekuatan Doa

Dah, Allah yang punya. Setuju? Enak, kan? Lebih enak, tidak? Enaaak… Tapi, ini amalan hati. Jangan sampe salah. Masuk ke supermarket, “Semua milik Allah. Ya Allah saya minta hanya kepadaMu.” Ambil aja… Maka nanti Allah menggerakkan satpam. Iya? Kalau amalan lahir, ada syariat. Tapi hati, harus yakin. Binatang, semua milik Allah.
Termasuk virus, bakteri, nyamuk Aides Aegypti. Sekarang demam berdarah sedang musim lagi, ya? Kalo takut, boleh 3M: menutup, menimbun, menguras. Tapi lebih penting dari itu adalah doa. Doa dengan musibah bertarung. Mana yang lebih kuat, itu yang menang. Takdirnya misalkan digigit nyamuk. Sebagai ibu, ibu menguras, ibu menutup, anak pakai lotion. Doa yang lebih kuat. Karena kalau Allah mau tangan pas digosok, ada yang kelewat sedikit, di sana nyamuk nanti menggigit. “Audzubillahiminasyaitonirrajim. Audzubika limatillahi tammati min syari maa kholaq. Ya Allah, hamba berlindung kepadaMu dengan kalimahMu yang sempurna dari kejahatan makhlukMu.” Baca Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas. Tiupkan, diusapkan. Allah Melihat! Bener nih makhluk, dia berlindung kepada penguasa semua nyamuk. Yang mengatur semua takdir. Itu yang lebih paten daripada semua merk-merk lotion nyamuk.

Saat dikejar anjing, “Wah kenapa nih saya dikejar anjing?” yaaa… variasi, lah, nggak setiap hari. Allah menciptakan anjing memang menakutkan. Doberman, Herder, taringnya gede-gede, menakutkan. Itu mutlak bikinan Allah. Anjing nggak ngerti, bagaimana membuat anaknya bertaring. Tidak ngerti! Itu mutlak, ciptaan…? Allah. Suaranya juga diatur oleh Allah supaya serem. Kan kurang bagus kalo anjing gede suaranya “Aww, aww”. Seperti singa, “Auuuum”, suaranya menggetarkan. Itu juga Allah yang buat. Kurang bijaksana juga ya kalau singa suaranya, “Meooong” atau ompong. Dibuat gagah. Buat apa? Supaya kita berlindung kepada penguasa, ciptaan.

“Kenapa saya sudah berdoa, sudah lari, berzikir, masih digigit anjing?” tenanglah, ada rahasia Allah dibalik gigitan anjing. Mungkin diopname, mungkin diopname itu akan dapet ilmu. Mungkin akan ketemu jodohnya. Dokter, baru lulus, melihat, “Ini pemuda ini, sabar sekali. Saya baru lihat saudara. Saudara bisa ngaji?” “Alhamdulillah.” “Kalo gitu nanti kalo saya nikah, bacakan Al Qur’an untuk saya, ya?” (Jamaah tertawa) Sodara mikirnya apa? Mikir jodohnya dokter ya? Sesuka saya aja yang bercerita.
Udahlah, pokoknya kalau sudah berlindung pada Allah nggak akan rugi. Jalanin aja. Semua milik Allah. Termasuk kalau mau naik angkot, mau naik taksi, ayo, bilang dulu kepada pemilik semua kejadian. “Ya Allah, Engkau Maha Tahu setiap makhlukMu. Engkau tahu para supir yang baik, supir yang kurang baik. Saya berlindung kepadaMu. Jadi kalau mau nyetop tuh, main hati, hati tuh bunyi. Ya Allah, ya Allah. belum waktunya, belum waktunya.

Begitu juga waktu naik taksi, “Audzubika limatillahi tammati min syarri maa kholaq”. Allah, Allah, Allah. Naik pesawat (Aa mengerakkan tangan bergelombang), “Ya Allah, Ya Allah, mau jatoh gitu, ya Allah? Jangan, saya belum nikah ya Allah, tolong ya Allah.” Apa urusannya? Terserah Allah mau nikah, mau belum. Iya? Kalau udah waktunya meninggal. “Tapi bagaimana A’ kalau saya meninggal di laut nanti saya dimakan hiu.” Kalau sudah rejeki Hiu. Makanya sebelum naik pesawat, sedekah yang banyak, doa yang bagus, “Wahai yang menggenggam setiap takdir. Saya ini milikmu. Rasulullah menganjurkan sedekah, saya sedekah. Rasul menganjurkan doa, saya doa. Karena saya yakin Engkaulah satu-satunya pelindung.” Pasti didengar oleh Allah. Pasti didengar. Insya Allah takdir bisa dirubah ke takdir lain. Syariatnya dengan doa. Syariatnya dengan sedekah.

Seneng lah kalau sama Allah terus-terusan, mah. Anak rewel, nggak usah dicubit. Siapa yang menciptakan anak? Kita bisa bikin anak? Anak ciptaan siapa? Yang mengurus anak tiap saat siapa? Kita bisa ngurus anak? Enggak. Mandiin juga jarang bersih. Nyebokin pake cubit. Iya? Mandiin pake digetok pake gayung. Kurang ikhlas. Anak milik? Siapa yang cukupin rizki anak? Siapa yang lebih sayang kepada anak kita? Kita atau penciptanya? anak Itu amanah.

Jadi kalau anak nangis, anak sakit, kuat kita wiridnya. “Ya Allah, hanya Engkau penggenggam lahir dan batin anak ini, Engkau penguasa” mudah-mudahan jadi penggugur dosa. Hanya Engkau yang bisa menenangkan. Allahu la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum. Mendingan zikir, daripada nyubit. Ya? Tambah sakit. Mending zikir. Allah Melihat tidak ibu-ibu yang zikir? Dan kalau lagi mangku anak tuh jangan lagu yang macem-macem. “Nina bobo…” melek aja anak, tuh. “Kenapa kamu nggak tidur-tidur?” “Katanya saya Asep? Kenapa menjelang tidur jadi Nina?” (jamaah tertawa). Mendingan shalawat, Asmaul Husna. “Ya Rahman, Ya Rahim…” Enak, karena dibikin oleh Allah tuh, Diurus oleh Allah, kita nyebut nama Allah. Suka Allah. Ya? Betul, kan?

Kalau mau membangunkan anak, “Heh, bangun! Bangun. Bapak ingin kamu jadi anak sholeh.” Bukan begitu… lapor kepada pemiliknya. “Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah yang mampu menciptakan anak ini.” Lihaat, anak uh “Hmmm, ini milikmu. Engkau amanahkan kepada hamba. Ya Allah. Jadikanlah ini anak yang sholeh.” Belai rambutnya… “Nak, bangun yuk, sholat subuh.” “Males, Pak” “Yah, bapak belum tentu panjang umur. Mumpung ada waktu, kita doa sama-sama.” Gituuu, mending lapor ke Allah, mudah bagi Allah. Subhanallah…

Syariat Harus Sempurna
Enak tidak, nih? Dunia zikir tuh dunia enak. Apapun? Ke Allah. Mau apa saja minta? Sama Allah dulu, jangan minta sama orang dulu. Mau minta? Yang punya segala-galanya siapa? Allah. Minta uang? Siapa yang punya rejeki? Pengen sehat? Siapa yang punya sehat? Pengen tenang? Siapa yang membagikan tenang? Pengen kerjaan? Siapa yang ngatur? Allah! Pengasa langit dan bumi. Nggak ada lagi. Yang tiap saat mengurus diri kita dnegan sempurna. semuanya milik Allah.

Itu peringkat pertama sabar. Jadi kalau motor harus dijual, uang harus bayar. Udah nggak papa karena itu juga milik Allah. Seperti kalau kita belanja, harusnya sepuluh ribu, tapi jadi dua belas ribu. Nggak papa. Dia juga kan milik Allah , orang itu. Ya siapa tahu mau menyekolahkan anaknya, mau bayar untuk nyicil hutangnya, atau mau nabung untuk umroh, udah nggak apa-apa. Lepas hati ini.
Kita mau beli motor 12 juta pas dijual tinggal 9 juta. Nggak apa-apa. “Wah, rugi tiga juta.” Enggaaak, kalau udah harganya segitu ya nggak papa. Lepas dunia ini, lepas dari hati. Kalo udah waktunya keluar, keluar. Jangan nyimpen dunia di sini (meunjuk ke hati). Ibu punya kerudung bagus sekali. Kata pembantu, “Kerudung ibu sekarang ada tandanya” ternyata ada tanda setrikanya, bolong. Pembantu minta maaf.  Ya maafkan… Tinggal pakai taplak meja saja. Nggak ada yang tahu ini kan ibu kerudungnya dari taplak meja atau enggak (jamaah tertawa).

Jalan ke sini juga ngongkos. Nggak papa, rejeki kereta api, bis kota. Pas mau sedekah, pengen ngambil seribu nggak tahunya yang ketarik 10 ribu. Nggak enak pengen masukin lagi. “Tapi gimana? Di dompet berarti tinggal seribu-seribunya.” Nggak papa. Jalan sambil wirid. Jarak jauh dekat kalau dipakai wirid juga jadi dekat dengan Allah. Jangan berat sama dunia. Ya? Cincin, gelang, jam. Kalau udah waktunya nggak ada, lepas aja. “Sekarang saya nggak punya sama sekali.” Nanti juga ada, kok. Kerja aja yang bagus, ibadah yang bagus, ikhtiar yang bagus. Jujur, lempeng. Ada kok. “Tapi saya gajinya kecil.” “Nggak papa. Nanti juga kalau udah watunya Allah mau ngasih, ada aja jalannya. Nggak haus lewat gaji semua, kok. Ada aja rejekinya.

Kita aja nggak tahu siang ini mau makan di mana. Kalau saya tahu, karena barusan sudah saya makan. Ya? Kita nggak tahu rejeki besok di mana. Yang ada juga belum tentu rejeki kita. Apalagi kalau sodara jadi mubaligh. Pernah nih Pak, pas mau ceramah lagi makan selai, “Hadirin sekalian, tibalah saatnya ceramah bapak Abdullah Gymnastiar.” Nggak enak mau dimakan sambil ngunyah. Selesai ceramah, salaman, pulang. Dimakan panitia, ternyata. Itu padahal tinggal berapa centi dari mulut. Kalau udah bukan rejeki, begitu. Waktu itu ceramah ada di sebuah tempat, ada anggur, salak, apel. Disuguhin tuh di mimbar. Tapi saya yakin, ini bukan rejeki saya, nih. Cobaan. Karena mustahil sambil ceramah, sambil makan. Iya kan? Selesai, diambil panitia lagi. Padahal itu di anggaran, untuk menjamu penceramah, ya? Tapi ridho habis oleh panitia. Ya? (Jamaah tertawa)

Begitulah dunia, ya? Jadi jangan masuk ke hati. Makanan, uang, harta. Aaah… Allah! Sepanjang semua di jalan Allah. Enteng-enteng aja. Setuju? Ingat loh, ya, ini amalan hati. Amalan akal ada lagi. Amalan tubuh ada lagi. Rasulullah yakin semuanya milik Allah. Rasulullah berdakwah siang dan malam. Rasulullah hijrah ratusan kilometer. Rasulullah musyawarah dengan sahabatnya, merancang keuangan. Rasulullah menggali parit untuk perang. Rasulullah menggunakan baju besi dua lapis. Menggunakan helm, mengatur strategi. Padahal yakin semuanya milik Allah.
Artinya apa? Syariat harus sempurna. Siti Hajar, yakin akan jaminan Allah. Lari Shafa-Marwa, Shafa-Marwa, tujuh kali! Padahal yakin kepada Allah. Dan zam-zam, keluarnya tidak di Shafa, tidak di Marwah. Tapi di tempat lain. Sesuka Allah saja Ngasih jalan. Makanya, hati yakin. Cirinya orang yang yakin adalah menyempurnakan ikhtiar.

Apa yang Ditentukan Allah, Nggak Akan Salah
Kalo saudara dengan kajian ini hati yakin tapi jadi males, saudara berdusta. Orang yang yakin itu cirinya adalah istiqamah dalam ikhtiar. “Bangun, bangun!” “Apa, bu?” “Sholat Subuh” “Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

“Kamu kenapa nggak kerja?” “Lihat, Bu, gajah. Tidak sekolah juga gede-gede” (jamaah tertawa). Ini anak error ini. “Kamu kan besok ulangan.” “Allah Maha Tahu setiap soal yang akan keluar.” Ini ngomongnya bener tapi tempatnya salah.

“Kapan kamu menikah?” “Kalau Allah Memberi jodoh kepada saya, pasti ketemu.” Salah begini. Yakin tuh bukan buat diobrolkan. Yakin itu untuk bekal di hati, mendampingi kesempurnaan ikhtiar. Bukan setengah-setengah, bukan harus seimbang: setengah ikhtiar, setengah tawakal. Bukan. 100% ikhlas niatnya, 100% sungguh-sungguh ibadahnya. Semaksimal mungkin sempurna ihtiarnya dan sekuat tenaga sempurna tawakalnya. Insya Allah, ketemulah dengan takdir terbaik kita. Tidak meleset, tidak tertukar.

Apa yang ditentukan Allah untuk kita, nggak akan salah. Jadi jangan takut, ya? Kepada yang mencari jodoh, misalkan ada satu ikhwan direbutkan oleh lima akhwat. “Waah, jangan gitu dong, A’”. baiklah, lima orang akhwat memperebutkan satu ikhwan. (jamaah tertawa). Tenang saja, istikharah saja. “Ya Allah, kalau ini memang ketetapanMu yang terbaik jodoh untuk saya, Engkaulah yang akan Mengatur semuanya.” Daripada bersaing dengan kata-kata rayuan gombal, lebih baik bersaing mendekat ke Allah, Pencipta setiap jodoh, Penentu setiap takdir. Alhamdulillah. 

  oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)

SIKAP TENANG DALAM MENGHADAPI SEGALA MUSIBAH DAN COBAAN

SIKAP TENANG DALAM MENGHADAPI SEGALA MUSIBAH DAN COBAAN


        Assalamualaikum wr.wb
     Alhamdulillah kali ini saya akan menjelaskan artikel tentang Sikap Tenang Dalam Menghadapi Segala Musibah dan Cobaan.
       Artikel ini saya buat berdasarkan pengalaman sahabat saya yang saya perhatikan dalam menyikapi segala cobaan atau ujian selalu dengan tenang. Menurutnya “tenang itu bagus, terlalu tenang jangan”.

      
Sebelum saya menjelaskan artikel tentang sikap tenang dalam menghadapi segala musibah dan cobaan terlebih dahulu saya ucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah swt. yang telah memberikan kesempatan saya untuk menyelesaikan artikel ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih banyak kepada sahabat saya yang telah menginspirasi saya untuk membuat artikel ini.
         Tenang disini menunjukan pribadi yang kuat dan mantap. Tenang merupakan tanda bagi manusia yang sadar dan beradab. Kebalikannya adalah manusia yang gampang marah karena sebab yang remeh dan mudah terpancing karena hal yang sepele menunjukkan manusia yang lemah kepribadian, akal dan kehendaknya.
      Dengan sikap ini, Allah swt.  akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allah swt memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya.
       Meskipun Allah swt. dengan hikmah-Nya yang Maha Sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allah swt. dalam menghadapi musibah tersebut. Di samping akan semakin menguatkan ketabahannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allah swt dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya.
      Di samping sebab-sebab di atas, ada lagi faktor lain yang bisa meringankan semua kesusahan yang dialami seorang Mukmin di dunia ini, yaitu merenungi dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allah swt. jadikan dalam setiap ketentuan yang terjadi pada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan merenungi hikmah-hikmah tersebut, seorang Mukmin akan semakin yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah kebaikan bagi dirinya, untuk menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allah swt.
        Mengapa kita sebagai orang Mukmin harus mendapatkan musibah dan cobaan ?
       Allah swt. menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya.
     Allah swt. menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang Mukmin kepada-Nya, karena Allah swt mencintai hamba- Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang.
    Allah swt. menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah swt. sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang sangat jauh berbeda keadaannya dengan dunia Allah swt. menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.
      Beberapa kiat yang bisa kita lakukan untuk bersikap tenang dalam menghadapi segala musibah dan cobaan.
Pertama, memiliki ilmu yang benar.
Kedua, kita harus yakin kepada Allah swt.
Ketiga, kuasai diri dengan sebaik-baiknya.
Keempat, sempurnakan ikhtiar untuk mendapatkan pertolongan-Nya.

“Di balik cobaan pasti ada hikmah-Nya”
       Wassalamulalaikum wr.wb

Tips Menjadi Ayah Yang Baik

Tips Menjadi Ayah Yang Baik

Peranan ayah sangat penting dalam pertumbuhan seorang anak. Ikatan emosional antara ayah dan anak ditentukan salah satunya oleh interaksi antara ayah dan anak itu sendiri. Interaksi yang baik antara anak dan ayah ini memengaruhi kecerdasan emosial seorang anak yang membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang berhasil. Nah, untuk anda yang sekarang menjadi ayah berikut ini adalah sebuah tips untuk menjadi ayah yang baik yang bisa anda terapkan agar anak kelak menjadi anak yang berguna dan memiliki kepribadian yang baik.
1. Hormati ibu dari anak-anak
Salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan oleh seorang ayah untuk anak-anaknya yaitu menghargai ibu mereka.  Ayah dan ibu yang saling menghargai satu sama lain, dan memperlihatkan hal tersebut kepada anak-anaknya, akan secara otomatis membentuk lingkungan yang aman dan nyaman bagi mereka.  Saat anak-anak melihat orang tuanya saling menghargai satu sama lain, mereka akan merasa lebih diterima dan juga dihargai.
2. Luangkan waktu untuk bersama dengan anak-anak
Bagaimana seorang ayah meluangkan waktu menunjukkan seberapa penting mereka baginya.  Jika anda kelihatan selalu sibuk untuk bersama mereka,... mereka akan merasa diabaikan apapun juga alasan yang anda sampaikan. Mencintai dan meluangkan waktu bersama mereka kadang kala berarti mengorbankan hal lain, tetapi hal tersebut akan sangat berarti.  Anak-anak tumbuh dengan sangat cepat dan kesempatan yang terlewatkan akan hilang selamanya.
3. Dengarkan apa yang ingin mereka sampaikan
Seringkali ditemukan seorang ayah berbicara pada anaknya hanya ketika mereka melakukan suatu kesalahan. Oleh karena itu banyak anak-anak yang ngeri ketika ibunya berkata, "Ayahmu ingin berbicara..."  Mulailah berbicara dan ngobrol dengan anakmu sejak mereka masih sangat kecil agar subjek/topik yang sulitpun akan dapat dibicarakan saat mereka tumbuh dewasa. Luangkan waktu dan dengarkan ide-ide juga permasalahan mereka.
4. Disiplinkan Dengan Rasa Cinta dan Kasih Sayang
Seluruh anak membutuhkan arahan, nasehat dan disiplin, bukan hukuman.  Hukuman tetap diperlukan dalam mendisiplinkan mereka, tetapi tetapkanlah batasan yang tepat. Ingatkan kepada mereka akibat dari perbuatannya dan berikan hadiah atau pujian jika mereka berkelakuan dengan baik dan benar. Seorang ayah yang mendisiplinkan anaknya secara tenang namun tegas memperlihatkan perhatian dan rasa kasih sayang bagi anak-anak.
5. Jadilah Panutan (Role Model)
Disadari atau tidak, setiap ayah menjadi panutan bagi anaknya. Seorang anak perempuan yang sering menghabiskan waktu bersama ayah yang menyayanginya akan tumbuh dan mengetahui bahwa dirinya berhak untuk diperlakukan dengan hormat dan baik oleh lelaki, dan figur serta nilai apa yang dicari pada suaminya nanti. Ayah dapat mengajarkan anak laki-lakinya mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan dengan cara mempraktekkan dan memperlihatkannya kepada mereka, seperti kejujuran, kemanusiaan juga tanggung jawab.  Seluruh dunia adalah sebuah panggung... dan ayah memainkan salah satu peran yang vital.
6. Jadilah Seorang Guru
Banyak para ayah yang berpikiran bahwa mengajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang lain.  Tetapi, para ayah yang mengajarkan kepada anaknya mengenai benar dan salah akan mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik dan akan melihat anaknya membuat pilihan yang baik.  Gunakanlah contoh dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu anak-anak mempelajari hal-hal dan nilai-nilai dasar dalam kehidupan.
7. Makan Bersama Keluarga
Makan bersama sekeluarga (sarapan, makan siang atau makan malam) dapat menjadi bagian yang penting dalam kehidupan berkeluarga yang sehat. Pada saat ini adalah kesempatan bagi anak untuk membicarakan tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang ingin dilakukan. Ini juga adalah kesempatan yang baik bagi ayah untuk mendengarkan dan memberikan saran atau nasihat. Yang paling penting, makan bersama ini adalah waktu bagi keluarga untuk berkumpul bersama setiap harinya.
8. Bacakan Cerita Untuk Mereka
Pada dunia dimana TV biasanya mendominasi kehidupan anak-anak, adalah hal yang penting bagi ayah agar berupaya untuk membacakan cerita kepada anaknya. Cara terbaik bagi anak untuk belajar adalah dengan melakukan dan membaca, serta dengan melihat dan mendengar. Mulailah membacakan cerita kepada anak pada saat mereka masih kecil.  Pada saat mereka mulai besar, anjurkan mereka untuk membaca sendiri.  Menumbuhkan rasa suka membaca pada anak adalah salah satu cara terbaik untuk mengarahkan mereka untuk memiliki kehidupan dan perkembangan karir yang baik.
9. Perlihatkan Rasa Kasih Sayang
Anak-anak membutuhkan rasa aman dan nyaman yang mereka peroleh dan rasakan saat mereka merasa diinginkan, diterima dan disayangi oleh keluarganya.  Orang tua, terutama ayah, sebaiknya merasa nyaman dan berkeinginan untuk memeluk mereka.  Memperlihatkan rasa kasih sayang setiap hari adalah cara terbaik untuk menunjukkan kepada mereka bahwa anda menyayanginya.
10. Sadari Bahwa Tugas Seorang Ayah Tidak Pernah Berakhir
Meskipun mereka sudah tumbuh dewasa dan siap untuk meninggalkan rumah, mereka akan tetap kembali kepada ayahnya untuk mencari kearifan/kebijaksanaan dan saran.  Apakah itu berkaitan dengan kuliahnya, kantor / kerja yang baru ataupun pernikahan, seorang ayah akan terus memainkan peran yang penting dalam kehidupan mereka pada saat mereka tumbuh dan mungkin terus sampai saat mereka akan menikah dan membangun keluarganya sendiri

Senin, 20 April 2015

penyakit hati

Penyakit Hati: “Sombong, Iri dan Dengki serta Cara Mengobatinya”

Penyakit Hati: “Sombong, Iri dan Dengki serta Cara Mengobatinya”
Kesehatan memiliki arti penting bagi setiap manusia. Tetapi, tidak semua orang bisa menjaga diri untuk tetap dalam keadaan sehat. Baik dalam pengertian (sehat) jasmani maupun  ruhani.
Di antara penyakit ruhani yang paling berbahaya, menurut para ulama, adalah “penyakit hati”. Sebab, ketika hati seseorang dalam keadaan sakit, maka keadaan itu akan menciptakan kondisi yang sama pada pribadi setiap orang.
Hati (bahasa Arab: “Qalb“) adalah bagian yang sangat penting dari diri manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula seluruh amal (perbuatan) kita.
Dalam hal ini Rasulullah s.a.w. bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.
“….ketahuilah bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Al-Bukhari dari an-Nu’man bin Basyir, I/20, Shahîh al-Bukhâriy, hadits no. 52)
Sebaliknya, orang yang dalam hatinya ada penyakit, sulit menerima kebenaran dan akan mati dalam keadaan kafir.
Simaklah firman Allah berikutini:
وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُواْ وَهُمْ كَافِرُونَ
“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [QS At-Taubah/9: 125]
Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik karena bisa mengakibatkan kesengsaraan di neraka yang abadi.
Kita perlu mengenal beberapa penyakit hati yang berbahaya serta bagaimana cara menyembuhkannya.
1.                  Sombong
Sering – seseorang — karena jabatan, kekayaan, atau pun kepintarannya,  akhirnya menjadi seseorang yang bersikap sombong dan menganggap rendah orang lain. Bahkan Fir’aun yang bersikap takabbur(sombong) sampai-sampai menganggap rendah Allah dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kenyataannya Fir’aun adalah manusia yang akhirnya bisa mati karena kesombongannya. Dia – atas kehendak Allah — tenggelam di laut.
Allah melarang diri kita untuk menjadi manusia yang bersikap sombong, sebagaimana firmanNya:
وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [QS Al-Isrâ’/17: 37]

وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [QS Luqmân/31: 18]
Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong, sebagaimana firmanNya:
ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [QS Al-Mu’min/40: 76]
Kita tidak boleh bersikap sombong, karena pada saat kita lahir kita tidak memiliki kekuasaan apapun, tidak memiliki kekayaan apapun. Bahkan pakaian dan kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua – yang telah mendidik diri kita —  pada akhirnya kita menjadi dewasa, dan banyak memiliki sesuatu.

Begitu pula pada saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang pada saatnya nanti akan lapuk dimakan zaman.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihyâ’ “Ulûmuddîn menyatakan bahwa manusia janganlah bersikap sombong, karena sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya kotoran.
Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina, sebagaimana firmanNya:
أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّاء مَّهِينٍ
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” [QS Al-Mursalat 77/20] 
Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih bersikap sombong? 
2.   ‘Ujub (Kagum Terhadap Diri Sendiri) 
Sikap ‘ujub ini mirip dengan sombong. Kita – dalam keadaaan ‘ujub – akan selalu merasa bangga atau kagum terhadap diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah. 
Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlahbersikap ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “alhamdulillâh”, karena segala puji itu hanyalah untuk Allah semata. 
3.   Iri dan Dengki 
Allah melarang kita untuk bersikap iri pada yang lain, karena kenikmatan yang mereka peroleh itu sudah sesuai dengan usaha mereka, dan juga sudah menjadi ketentuan Allah, sebagaimana firmanNya:
وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُواْ اللَّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS An-Nisa’/4: 32]
Iri hanya diperbolehkan dalam 2(dua)  hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهْوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا.
“Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR Al-Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud, Shahîh al-Bukhâriy, I/28, hadits no. 73) 
Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari sikap iri, hendaknya kita bersipa untuk mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah.Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ ، فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barakah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar. (HR Abu Ya’la dari ‘Amir bin Rabi’ah, Musnad Abî Ya’lâ, VI/365, hadits no. 7195) 
Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki, baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki, sebagaimana firmanNya:
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [QS Al-Falaq/113: 5] 
Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Waspadalah terhadap hasad (iri dan dengki), sesungguhnya hasad mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan (membakar) kayubakar. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah, Sunan Abî Dâwud, IV/427, hadits no.4905)

Peran pemuda Muslim dalam pembangunan Islam

PERAN PEMUDA MUSLIM


Di tengah eforia globalisasi, bangsa Indonesia menempatkan (placemented) globalisasi sebagai sunatullah (the rule of law) yang tidak terelakkan dari proses pembangunan nasional. Sehingga permasalahan yang paling prinsipil adalah bagaimana bangsa Indonesia mampu memanpaatkan globalisasi dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Sealur dengan pemahaman global di atas, pemeliharaan dan peningkatan momentum pembangunan merupakan tuntutan yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi yang semakin meningkat intensitasnya dewasa ini mengakibatkan persaingan diantara negara-negara semakin keras dan ketat. Sudah menjadi kesepakatan umum bahwa hanya negara-negara yang mempunyai keunggulan-keunggulan (excellences) yang bisa bertahan dalam persaingan global tersebut.
Dilihat dari tuntutan internal dan eksternal global di atas, maka diantara keunggulan-keunggulan yang mutlak dimiliki bangsa Indonesia adalah penguasaan sains-teknologi, dan keunggulan sumber daya manusia. Kemajuan dan penguasaan terhadap sains-teknologi mendorong percepatan transformasi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, yang di Indonseia dikenal dengan istilah pembangunan.
Proses  pembangunan bangsa Indonesia diarahkan kepada terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yakni makmur, sejahtera lahir bathin, mental dan spiritual. Oleh karena itu secara operasional proses pembangunan nasional diarahkan pada bidang-bidang yang dapat menciptakan kemakmuran, kesejahteraan lahir dan bathin, seperti bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, agama, sosial politik dan lain-lain.
Proses pencapaian cita-cita pembangunan tersebut merupakan kewajiban bersama semua warga negara,  tidak dibatasi oleh profesi, usia, jabatan, dan pranata sosial lain. Dalam hal ini pemuda sebagai bagian dari warga negara mempunyai kewajiban yang sangat besar untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional, mengingat pemuda adalah intelektual muda yang mempunyai kapabilitas.
Ketika mendengar istilah pemuda dengan mudah orang bisa membayangkan dan mendefinisikannya, ada yang mempersepsi bahwa pemuda adalah komunitas penduduk yang berusia antara rentang 17 sampai 40 tahun, yang lain mempersepsi bahwa pemuda adalah komunitas penduduk yang mempunyai pikiran-pikiran muda seperti kreatif, inovatif dan desduktrif.
Terlepas dari masing-masing persepsi tersebut, kita semua sepakat bahwa pemuda merupakan penerus estafeta pembangunan, pemuda adalah harapan bangsa, bahkan yang lebih ekstrim pemuda adalah penentu masa depan bangsa. Persepsi itu diperkuat pula oleh catatan sejarah bahwa pada masa-masa sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan pemuda selalu eksis dibarisan depan memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Label tinggi, catatan sejarah dan harapan besar bangsa terhadap pemuda seperti di atas, tentu harus dijawab dan dibuktikan para pemuda melalui karya-karya nyata dalam proses pembangunan di segala bidang.
Dalam tanggung jawab besar sebagai penerus estafeta pembangunan nasional, pemuda harus mempersiapkan diri dengan baik agar harapan besar bangsa ini mampu diemban dengan baik. Dalam kontek ini pemuda harus mempersiapkan diri dengan cara :
Pertama, optimalisasi proses mencari ilmu.  Hal ini menjadi sangat penting mengingat kompleksitas dan dinamika pembangunan di masa yang akan datang lebih tinggi. Akan tidak bermakna ketika tampuk estafeta pembangunan digerakkan oleh pemuda tanpa ilmu, bukan keberhasilan yang akan hadir tetapi kegagalan yang akan menghampiri. Bukankah agama Islam mengajarkan “barang siapa yang ingin kehidupan dunia maka harus dengan ilmu dan barang siapa yang ingin kehidupan akherat juga harus dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan kehidupan keduanya juga harus dengan ilmu”. Dalam kontek itu , pemuda harus tidak mengenal lelah, tidak pantang menyerah, dan tidak lari dari susahnya mencari ilmu. Agar pada saatnya ketika mereka terjun dalam kegiatan pembangunan bisa memenuhi harapan bangsa.
Kedua, memperkuat keimanan. Seiring dengan kompelksitas kemajuan zaman, dapat diprediksi gangguan dan godaan dalam proses pembangunan akan semakin besar kadarnya. Pemuda dalam hal ini agar keluar sebagai pemenang atas godaan-godaan tersebut tentu harus meningkatkan kesadaran keimanan kepada Tuhannya, bahwa Tuhan senantiasa mencatat segala perbuatan kita dan akan meminta pertanggungjawaban di akhirat nanti.
Ketika orang mendefinisikan pemuda adalah komunitas penduduk yang mempunyai usia 17 sampai 40 tahun, kita menilai begitu dominannya pada sisi jumlah rentang usia tersebut mewarnai kategori usia produktif. Di negara kita batasan usia produktif adalah 17 sampai 60 tahun, hampir bisa disimpulkan bahwa lebih dari setengah usia produktif berada pada rentang usia pemuda. Dominasi jumlah tersebut bergerak lurus dengan cepat atau lambatnya laju pembangunan, artinya apabila pemuda mengoptimalkan peran dalam pembangunan, maka laju pembangunan akan cepat, begitu juga sebaliknya.
Para ahli berbeda pendapat dalam mengungkap peran pemuda dalam pembangunan, perbedaan itu setidaknya terjadi pada pengungkapan istilah dan jumlah item dari peran-peran itu. Dalam hal ini penulis berpendapat setidaknya ada lima peran pemuda dalam pembangunan adalah sebagai berikut :
Satu, Pemuda sebagai Dinamisator Pembangunan
Dinamisator dalam bahasa sederhananya adalah penggerak. Satu hal lagi yang harus kita ingat bahwa pemuda itu diartikan juga komunitas penduduk yang mempunyai pikiran-pikiran muda seperti kreatif, inovatif dan desduktrif.  Karena mempunyai pikiran-pikiran muda seperti itu, maka pemuda akan senantiasa mempunyai kemauan dan kemampuan. Ketika kemauan dan kemampuan itu bersatu maka pemuda akan menjadi penggerak.
Dua, Pemuda sebagai Katalisator Pembangunan
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terkadang masih ada gap (jarak). Gap ini bisa terjadi dalam wujud ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, bisa juga dalam bentuk begitu lamanya jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan. Dalam kontek gap seperti di atas, pemuda dengan jiwanya yang selalu kreatif, kreatif, dan desduktrif bisa menempatkan diri sebagaikatalisator (penghubung yang mempercepat) kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan serta ketepatan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan.
Tiga, Pemuda sebagai Motivator Pembangunan
Pembangunan merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat, kita tidak boleh membebankan pelaksanaan pembangunan hanya kepada pemerintah. Dalam kontek ini pemuda harus memerankan diri sebagai motivator (pendorong) kepada semua elemen masyarakat untuk mau bersama-sama bahu-membahu melaksanakan dan mensukseskan pembangunan.
Empat, Pemuda sebagai Inovator Pembangunan
Dalam kajian psikologi pemuda mempunyai karakteristik selalu berpikir rasional dan ideal. Karena karakteristik itulah, pembaharuan-pembaharuan sering muncul dari pemuda. Karakteristik yang akhirnya melahirkan semangat inovasi harus juga merambah ke sektor pelaksanaan pembangunan. Pemuda dengan jiwa yang tidak pernah puas terhadap satu keberhasilan akan selalu mencari keberhasilan kedua, ketiga dan seterusnya. Pemuda dengan jiwa inovasinya tidak akan merasa puas dan berdiam diri dengan suatu system yang telah mencapai angka keberhasilan 100% tetapi akan selalu berimprovisasi mencari sebuah system yang bisa menghantarkan keberhasilan ke angka 1000%.
Lima, Pemuda sebagai Evaluator Pembangunan
Derap langkah proses pembangunan yang dilakukan semua pihak tentu tidak boleh lepas dari kontrol kaum intelektual muda (pemuda) yang secara kapabilitas mereka lebih mengetahui indikator-indikator penyimpangan, penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi lainnya dalam kegiatan pembangunan. Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud evaluasi hendaknya dilakukan secara efektif, efisien dan tidak berdampak negatif terhadap laju pembangunan. Audensi, Dengar Pendapat, dan Dialog merupakan alternatif yang bisa dipilih pemuda dalam menyampaikan hasil evaluasi pembangunan.
Ke-lima peran pemuda tersebut akan berhasil guna dan berdaya guna dalam proses pembangunan ketika ada komitmen dan konsistensi pemudauntuk senantiasa melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat, tidak terjebak pada ranah pragmatisme yang mengungkung idealisme dan rasionalisme, tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok, tidak juga menjadi alat politik dari sebuah kelompok. Hal ini perlu dipertegas mengingat praktek-praktek in-idealisme, dan in-konsistensi semakin sering muncul kepermukaan.
Pemuda dengan kapasitas dan kapabilitas yang tidak diragukan lagi, sudah mampu masuk elemen-elemen pelaksana pembangunan, ada yang menjadi bagian dari pemerintah (eksekutif), pengusaha (kontraktor), lembaga swadaya masyarakat, dewan perwakilan rakyat (legislatif), aparatur penegak hukum (yudikatif) dan lain-lain. Dalam kontek perubahan dan perbaikan hendaknya semua elemen pelaksana pembangunan yang didalamnya ada pemuda duduk bersama melakukan kajian strategis perencanaan, pelaksanaan, dan kontroling/evaluasi pembangunan dengan  senantiasa membingkai diri dengan nilai-nilai agama; jujur, adil, bersih, berpihak kepada kesejahteraan masyarakat, dan professional.
Apabila pemuda sudah mampu memainkan peran dalam pembangunan dengan baik, dan derap  langkah memainkan peran tersebut didasari ilmu serta dikerangka-i nilai-nilai agama, maka menjadi harapan besar proses pembangunan akan berhasil mensejahterakan rakyat.***  




sumber Wakil Dekan I FKIP UNMA Banten. Ketua Generasi Muda Mathla’ul Anwar (GEMA-MA) Kab. Pandeglang

hambatan sukses

Hambatan Sukses Terbesar


Kirim Artikel ke Teman

Prinsip Sukses

If you can imagine it you can achieve it. If you can dream it - you can become it.

~ W illiam A. Ward ~    


Mengetahui keinginan kita sepertinya bukan masalah besar. Atau benarkah?
Ternyata 80% lebih manusia mengalami hambatan sukses terbesar dalam hidup mereka yang behubungan dengan kemampuan mereka mengetahui keinginan mereka sendiri.
Ya, kebanyakan manusia tidak mengalami atau merasakan sukses yang mereka cari karena mereka melakukan satu kesalahan besar yang menghambat perwujudan kesuksesan yang mereka cari.
Hambatan sukses terbesar ini menjelaskan kenapa meski semua manusia pasti ingin kaya dan bahagia misalnya, ternyata tidak semua manusia kaya dan bahagia.
Tetapi jangan salah, satu hambatan sukses terbesar ini tidak datang dari faktor-faktor luar sebagaimana yang sering dipersalahkan manusia bila mereka gagal mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Hambatan sukses terbesar mereka datang dari dalam diri mereka sendiri.
Tapi bukan, bentuknya bukan tidak adanya motivasi atau semangat tinggi. Orang bisa saja bersemangat tinggi tetapi tetap membuat kesalahan besar yang menghambat kesuksesan mereka ini.
Singkatnya hal berikut inilah hambatan sukses terbesar itu: KEINGINAN / IMPIAN SUKSES YANG TERLALU LUAS dan ABSTRAK, sehingga menjadi TIDAK JELAS.
Semua manusia punya keinginan dan impian sukses mereka sendiri, tapi terdapat perbedaan besar antara mereka yang berhasil mencapainya dan yang tidak. Perbedaan ini terletak pada bentuk visi/impian sukses yang mereka punya.


Tahukah Anda apa yang Anda inginkan?


Jadi sekarang, karena Anda sudah tahu bahwa Anda harus punya impian sukses sendiri agar bisa sukses, maka hal berikutnya adalah memastikan bahwa Anda benar-benar tahu APA yang Anda inginkan. (Perhatikan sekarang yang saya tebalkan dan garis-bawahi adalah kata APA-nya, atau bendanya.)
Dari pengamatan saya yang tidak terlalu luas, ini juga tidak mudah dilakukan.
Mari saya beri contoh. Coba sekarang tolong Anda tuliskan paling sedikit 3 hal yang paling Anda inginkan.
Ya. Sekarang. Pakai kertas apa saja. Jangan berpikir terlalu lama.
Biasanya insting akan memandu kita bila kita tidak berpikir terlalu lama.
Sudah? Sudah menulis 3 keinginan?
Baik mari kita lihat apakah sebenarnya Anda tahu apa yang Anda inginkan atau tidak.
Jawaban-jawaban berikut ini adalah beberapa hal yang orang sering tulis sebagai jawaban atas pertanyaan, "Apa yang Anda inginkan?"
  • Pokoknya, saya pingin lulus, Bu. (Ini jawaban teratas dari satu murid saya.)
  • Saya pingin hidup senang, Bu. (Ini jawaban teratas dari pembantu saya.)
  • Saya pingin jadi orang kaya, punya uang banyak, Mbak, biar kalau perlu apa-apa gak perlu bingung cari pinjaman uang. (Jawaban favorit banyak tetangga saya.)
  • Saya ingin hidup bahagia.
  • Saya ingin jadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama saya.
  • Saya ingin sukses dan terkenal.


Keinginan terlalu luas, tidak jelas dan abstrak


Bagaimana menurut Anda jawaban-jawaban tersebut di atas? Bagus? Ya, saya setuju semua keinginan tersebut bagus dan mulia.
Tapi keinginan standar macam di atas tidak akan efektif membantu pemiliknya untuk mencapainya. Lho...kok gitu?
Sekarang saya balik tanya Anda, siapa yang di dunia ini yang tidak memiliki keinginan seperti tersebut di atas?
Saya yakin tidak ada. Saya yakin tidak ada orang yang menginginkan kebalikan dari semua keinginan di atas. Bahkan orang gila sekalipun.
Tapi faktanya, berapa banyak orang yang bisa mengklaim dirinya sudah mendapatkan keinginannya tersebut? Bahkan banyak yang hidup sebaliknya.
Itu sebabnya saya bilang mengungkapkan keinginan seperti standar di atas tidak akan efektif membantu Anda mencapainya. Bahkan justru menghambat Anda mencapai kesuksesan.
Karena apa? Jawabnya cuma satu: Karena yang Anda inginkan di atas TIDAK JELAS, TERLALU LUAS BAHKAN ABSTRAK.
Akibatnya, susah menentukan tolok ukur apakah kita sudah mencapainya atau belum.
Anda bilang Anda ingin kaya? Sekaya apa keinginan Anda? Tahukah Anda kapan harus berhenti menginginkan ini dan merasa puas dengan yang sudah Anda miliki/capai? Bisakah Anda bayangkan di benak Anda kekayaan model apa yang Anda inginkan?
Bagi satu orang kekayaan 10 juta rupiah itu sudah sangat luar biasa. Tapi bagi orang lain mungkin hitungannya harus M, milyar. Sementara bagi orang lain lagi semua harta di dunia ini mungkin belum akan bisa memuaskannya.
Juga, Anda ingin kaya apa? Kaya uang? Kaya teman? Kaya ilmu? Atau... kaya monyet?.....he...he..he..he..., maaf saya bercanda..
Lalu, ada orang yang bilang pokoknya mereka hanya ingin hidup senang (ini sering sekali saya dengar dikatakan oleh mereka yang masih miskin papa... karena mereka mengalami banyak sekali kesusahan dan kesedihan dalam hidupnya... sehingga mereka hanya ingin bisa senang...).
Kelihatannya keinginan ini simple (sederhana), tapi sebenarnya sangat, sangat abstrak.
Hidup senang itu hidup yang bagaimana? Ada orang yang senang usil, ada yang senang hura-hura, ada yang senang menolong, ada yang senang ini, ada yang senang itu, dan sebagainya.
pemanah
Pemanah
Lagi-lagi tidak jelas kan?
Dan selama keinginan Anda ini belum jelas, belum spesifik dan konkrit, akan sulit bagi Anda untuk berhasil mencapainya, karena standarnya tidak jelas, dan definisinya terlalu luas. Maka inilah yang menjadi hambatan sukses terbesar Anda.
Ibaratnya, Anda ikut lomba memanah, tapi tidak diberi sasaran yang harus dibidik. Susah kan menentukan kita sudah mengenai target atau belum. Susah pula menentukan siapa pemenangnya.

In a nutshell:

Kalau Anda ingin sukses, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengetahui apa yang ANDA inginkan. Bukan yang orang tua, teman, atau tetangga Anda inginkan (untuk Anda).
Juga, Anda harus tahu DENGAN PASTI APA yang Anda inginkan tersebut. Anda harus mampu membayangkannya di benak (mata pikiran) Anda bentuk spesifik keinginan Anda tersebut.
~   Sri Astuti   ~

Di halaman selanjutnya saya akan berikan satu latihan PENTING untuk memastikan bahwa Anda tahu keinginan Anda dengan benar, sehingga keinginan tersebut tidak hanya berhenti menjadi keinginan dan angan-angan saja, tetapi bisa menjadi sasaran yang terbidik dan akhirnya terwujud.
Jadi, agar Anda segera terbebas dari hambatan sukses terbesar, lanjutkan membaca di sini, ya.



Salam Sukses Selalu,