Senin, 20 April 2015

penyakit hati

Penyakit Hati: “Sombong, Iri dan Dengki serta Cara Mengobatinya”

Penyakit Hati: “Sombong, Iri dan Dengki serta Cara Mengobatinya”
Kesehatan memiliki arti penting bagi setiap manusia. Tetapi, tidak semua orang bisa menjaga diri untuk tetap dalam keadaan sehat. Baik dalam pengertian (sehat) jasmani maupun  ruhani.
Di antara penyakit ruhani yang paling berbahaya, menurut para ulama, adalah “penyakit hati”. Sebab, ketika hati seseorang dalam keadaan sakit, maka keadaan itu akan menciptakan kondisi yang sama pada pribadi setiap orang.
Hati (bahasa Arab: “Qalb“) adalah bagian yang sangat penting dari diri manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula seluruh amal (perbuatan) kita.
Dalam hal ini Rasulullah s.a.w. bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.
“….ketahuilah bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Al-Bukhari dari an-Nu’man bin Basyir, I/20, Shahîh al-Bukhâriy, hadits no. 52)
Sebaliknya, orang yang dalam hatinya ada penyakit, sulit menerima kebenaran dan akan mati dalam keadaan kafir.
Simaklah firman Allah berikutini:
وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُواْ وَهُمْ كَافِرُونَ
“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [QS At-Taubah/9: 125]
Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik karena bisa mengakibatkan kesengsaraan di neraka yang abadi.
Kita perlu mengenal beberapa penyakit hati yang berbahaya serta bagaimana cara menyembuhkannya.
1.                  Sombong
Sering – seseorang — karena jabatan, kekayaan, atau pun kepintarannya,  akhirnya menjadi seseorang yang bersikap sombong dan menganggap rendah orang lain. Bahkan Fir’aun yang bersikap takabbur(sombong) sampai-sampai menganggap rendah Allah dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kenyataannya Fir’aun adalah manusia yang akhirnya bisa mati karena kesombongannya. Dia – atas kehendak Allah — tenggelam di laut.
Allah melarang diri kita untuk menjadi manusia yang bersikap sombong, sebagaimana firmanNya:
وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [QS Al-Isrâ’/17: 37]

وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [QS Luqmân/31: 18]
Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong, sebagaimana firmanNya:
ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [QS Al-Mu’min/40: 76]
Kita tidak boleh bersikap sombong, karena pada saat kita lahir kita tidak memiliki kekuasaan apapun, tidak memiliki kekayaan apapun. Bahkan pakaian dan kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua – yang telah mendidik diri kita —  pada akhirnya kita menjadi dewasa, dan banyak memiliki sesuatu.

Begitu pula pada saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang pada saatnya nanti akan lapuk dimakan zaman.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihyâ’ “Ulûmuddîn menyatakan bahwa manusia janganlah bersikap sombong, karena sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya kotoran.
Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina, sebagaimana firmanNya:
أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّاء مَّهِينٍ
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” [QS Al-Mursalat 77/20] 
Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih bersikap sombong? 
2.   ‘Ujub (Kagum Terhadap Diri Sendiri) 
Sikap ‘ujub ini mirip dengan sombong. Kita – dalam keadaaan ‘ujub – akan selalu merasa bangga atau kagum terhadap diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah. 
Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlahbersikap ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “alhamdulillâh”, karena segala puji itu hanyalah untuk Allah semata. 
3.   Iri dan Dengki 
Allah melarang kita untuk bersikap iri pada yang lain, karena kenikmatan yang mereka peroleh itu sudah sesuai dengan usaha mereka, dan juga sudah menjadi ketentuan Allah, sebagaimana firmanNya:
وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُواْ اللَّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS An-Nisa’/4: 32]
Iri hanya diperbolehkan dalam 2(dua)  hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهْوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا.
“Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR Al-Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud, Shahîh al-Bukhâriy, I/28, hadits no. 73) 
Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari sikap iri, hendaknya kita bersipa untuk mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah.Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ ، فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barakah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar. (HR Abu Ya’la dari ‘Amir bin Rabi’ah, Musnad Abî Ya’lâ, VI/365, hadits no. 7195) 
Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki, baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki, sebagaimana firmanNya:
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [QS Al-Falaq/113: 5] 
Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Waspadalah terhadap hasad (iri dan dengki), sesungguhnya hasad mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan (membakar) kayubakar. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah, Sunan Abî Dâwud, IV/427, hadits no.4905)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar